DELAPANTOTO – Musim hujan kerap membuat banyak pengendara motor matic terpaksa nekat menerobos genangan air atau banjir. Meski bisa jadi solusi darurat, kebiasaan ini justru membawa risiko besar karena dapat memunculkan “penyakit mematikan” pada motor. Jika dibiarkan, kerusakan ini bahkan bisa membuat motor harus turun mesin.
Salah satu bagian yang paling rentan rusak adalah CVT (Continuously Variable Transmission). Saat motor matic terendam atau dipaksa menembus banjir, air bisa masuk ke dalam rumah CVT. Jika air tidak segera dibersihkan, komponen seperti roller, v-belt, dan mangkok kopling bisa berkarat atau selip.
Kondisi ini membuat tarikan motor terasa berat, muncul bunyi gesekan, hingga getaran berlebih. Jika dibiarkan, CVT bisa rusak parah dan membutuhkan biaya perbaikan yang tidak sedikit.
Risiko yang lebih berbahaya adalah water hammer. Jika air masuk ke filter udara dan terus mengalir ke ruang bakar, piston akan sulit bergerak karena terhalang air. Akibatnya, stang seher bisa bengkok atau bahkan patah. Kondisi inilah yang sering membuat motor harus turun mesin.
Gejala awalnya biasanya motor mati mendadak setelah melewati banjir, sulit dihidupkan, atau saat di-starter terdengar suara aneh.
Motor matic modern banyak mengandalkan sistem kelistrikan, termasuk ECU pada motor injeksi. Terobos banjir berisiko membuat kabel soket dan sensor kemasukan air, memicu korsleting, bahkan kerusakan ECU. Kalau sudah rusak, biaya penggantiannya tentu tidak murah.
Agar motor matic tidak kena penyakit mematikan setelah melewati banjir, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Terobos banjir memang kadang tak terhindarkan, tapi risiko kerusakan motor matic sangat besar jika tidak segera ditangani. Mulai dari CVT, filter udara, ruang bakar, hingga sistem kelistrikan, semuanya bisa rusak parah hingga berujung turun mesin. Maka, pastikan selalu melakukan pengecekan dan perawatan usai melibas genangan air.
Sumber: beritaindo.co.id
Tidak ada komentar